Ooh aku jadi berdebar-debar sekali. Penisku dituntunnya masuk ke liang vaginanya yang sudah basah. Bokep viral Aku semakin cepat, semakin memompa penisku ke vagina ibu mertuaku. “Aduuh Toom, ibu juga…, Peluklah ibu Tom, peluklah ibu” nafasnya semakin memburu. Tangan kirinya memegang pantatku, menekan turun sedikit dan melepaskan tekanannya memberi komando penisku. Aku merasa tidak enak di tempat tidur kami. Penisku aku tekan kuat-kuat ke dalam vagina ibu mertuaku. Kerinduan, ketegangan kami tumpah sudah. Hari-hari selanjutnya berjalan normal seperti biasanya. Pagi-pagi hari berikutnya, aku ditelepon ibu mertuaku, minta agar sore harinya aku dapat mengantarkan ibu menengok famili yang sedang berada di rumah sakit, karena ayah mertuaku sedang pergi ke kota lain untuk urusan bisnis. Sekali lagi aku kagum melihat vagina ibu mertuaku yang tebal dengan bulunya yang tebal keriting. Seperti biasa aku selalu bersikap sopan dan hormat pada ibu mertuaku. Ibu aku rebahkan di tempat tidur. “Aduuh Toom, jangan gitu dong. Cepat-cepat aku buka celanaku, aku turuni celana dalamku. Dalam kegelapan itu, ibu mertuaku (waktu itu masih calon) berdiri, saya pikir akan mencari lilin, tetapi justru ibu mertuaku memeluk dan menciumi pipi dan bibirku dengan lembut dan mesra.
