Dari perut turun ke paha. Kuusap sisa cream. Bokep indo viral Ia menikmati, tangannya mengocok Junior.“Besar ya..?” ujarnya.Aku makin bersemangat, makin membara, makin terbakar. Aku masih penasaran, ia seperti tanpa ekspresi. Mendadak jari tanganku dingin semua.Wajahku merah padam. Langkahku semangat lagi. Tapi ia dingin sekali. Hari itu memang masih pagi, baru pukul 11.00 siang, belum ada yang datang, baru aku saja.Aku menanti dengan debaran jantung yang membuncah-buncah. Mulutnya persis di depan Junior hanya beberapa jari. Tapi eh.., seorang penumpang pakai kaos oblong, mati aku. Ah sialan. Ah masa bodo. Aku menurut saja. Atau jangan-jangan ia juga disuruh ibunya bayar arisan. Kalau kini aku berani pasti karena dadanya terbuka, pasti karena peluhnya yang membasahi leher, pasti karena aku terlalu terbuai lamunan. Tapi eh.., seorang penumpang pakai kaos oblong, mati aku. Aku kegelian menikmati tangannya yang menari di atas kulit punggung. Benarkan kesempatan itu lewat. Jangan di sini..!” katanya.Kini ia tidak malu-malu lagi menyelinapkan jemarinya ke dalam celana dalamku. Ada sekat-sekat, tidak tertutup sepenuhnya. Perempuan paruh baya itu pun masih duduk di depanku. Aku lupa kelamaan menghitung kancing. Kemudian menyerahkan celana pantai.“Mbak Hawin, pasien menunggu,” katanya.Majalah lagi, ah tidak aku harus bicara padanya.
