Kubungkukkan punggungku, meraih puting buah dadanya dengan bibirku. Ruang tamu yang semula gelap menjadi terang dan terasa hangat. Bokep viral Seperempat jam kemudian setelahnya, kami sudah saling bercanda tentang setiap orang yang menghadiri resepsi tersebut. Kami saling terpaku beberapa saat, sebelum akhirnya ia berkata, lebih mirip desis gusar,
“Kamu hanya mau diam begitu?”
“Sial,” makiku. Hey, seleramu lembut juga. Seperti apa yang kau mau.”
“Hmm. Aku tak punya alamat, tak punya nomor telepon yang bisa kuhubungi untuk mencapainya. Tapi pandangan matanya membuatku terpaku. Ia menatap mataku. ah… sudah..tentu..” Ia tertawa. Lalu aku terbang ke alam fantasi. “Apa yang akan terjadi selanjutnya?” tanyaku lirih. Jemarinya bergerak lagi. Bagaimana aku tidak merasa lucu?” Aku ikut tertawa juga mendengar pemikirannya tentangku. Alunan instrumen membuatku terlena beberapa saat kemudian.“Kamu terangsang,” ia berbisik tiba-tiba. “Sori,” bisikku sekali lagi. Aku mengerang, menahan ekstasi yang merambati seluruh sarafku. Aku memandangnya heran. Kurasakan sesak yang luar biasa. Ia tertawa. Tepat sebelum aku terlelap, kubisikkan sebuah pertanyaan padanya. Kamu akan mengantarku pulang, bukan?”
“Tentu saja.