Aku langsung memasukkan ke saku baju tanpa mencermati nomor-nomornya. Namun, tiba-tiba keberanianku hilang. Bokep viral Astaga. Lalu mengangkang.“Aku sudah tak tahan, ayo dong..!” ujarnya merajuk.Saat kusorongkan Junior menuju vaginanya, ia melenguh lagi.“Ah.. Aku tidak ingat motifnya, hanya ingat warnanya.“Mau dipijat atau mau baca,” ujarnya ramah mengambil majalah dari hadapanku, “Ayo tengkurep..!”Tangannya mulai mengoleskan cream ke atas punggungku. Sengaja kuperlihatkan agar ia dapat melihatnya. Tapi masih terhalang kain celana. Masih menutupi diri dengan tabloid. Kali ini lebih bertenaga dan aku memang benar-benar pegal, sehingga terbuai pijitannya.“Telentang..!” katanya.Kuputuskan untuk berani menatap wajahnya. Jangan di sini..!” katanya.Kini ia tidak malu-malu lagi menyelinapkan jemarinya ke dalam celana dalamku. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Aku menyesal mengutuk ibu ketika pergi. Come on lets go! Kami seperti tidak ingin membuang waktu, melepas pakaian masing-masing lalu memulai pergumulan.Wien menjilatiku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Penumpang lima lalu supir, jadi enam kali tujuh, 42 hore aku turun. Kalau potong rambut ya masuk ke tukang pangkas di pasar. Tidak lama wanita itu mengetuk langit-langit mobil. Jagain sebentar ya..!”Ya itulah kabar gembira, karena Wien lalu mengangguk.Setelah mengunci salon, Wien kembali ke tempatku. Haruskah kujawab sapaan itu?
