“Si Nina, yang tadi. Ia hanya menampakkan diri separuh badan.“Mbak Wien.., aku mau makan dulu. Bokep viral indo Duduk di tepi dipan. Ah sial. Mbak Wien merapihkan pakaiannya lalu pergi menjawab telepon. Tapi belum tersentuh kepala juniorku. Si Junior melemah. Penumpang lima lalu supir, jadi enam kali tujuh, 42 hore aku turun. Karena itulah, tidak akan hadir kesempatan ketiga. Lalu ngomong apa? Tidak pasang wajah perangnya.“Kayak kemarinlah..,” ujarnya sambil mengangkat tabloid menutupi wajahnya.Begitu kebetulankah ini? Atau jangan-jangan ia juga disuruh ibunya bayar arisan. Tidak terlalu ayu. Bahannya tipis, tapi baunya harum. Sekali. Mengapa kancing baju cuma tujuh?Hah, aku ada ide: toh masih ada kancing di bagian lengan, kalau belum cukup kancing Bapak-bapak di sebelahku juga bisa. Aku dipermainkan seperti anak bayi.Selesai dipijat ia tidak meninggalkan aku. Terganggu wanita muda yang di ruang sebelah yang kadang-kadang tanpa tujuan jelas bolak-balik ke ruang pijat.Dari jarak yang begitu dekat ini, aku jelas melihat wajahnya. Hah..? Pintu salon kubuka.“Selamat siang Mas,” kata seorang penjaga salon, “Potong, creambath, facial atau massage (pijit)..?”
“Massage, boleh.” ujarku sekenanya.Aku dibimbing ke sebuah ruangan. Angin menerobos kencang hingga seseorang yang membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu.“Mas Tut..” hah..?