Mendadak jari tanganku dingin semua. Tunggu apa lagi. Bokep indo viral Tapi masih terhalang kain celana. Agar kejadian kemarin terulang. Ayo..!Aku masih diam saja. Wajahku mulai panas. Paling tidak ada untungnya juga ibu menyuruh bayar arisan.“Mbak Wien..,” gumamku dalam hati.Perlu tidak ya kutegur? Kedua kali ia memasukkan jari tangannya. Ah masa bodo. Sampai ia selesai mengelap bagian belakang pahaku dan berdiri. Sopir menepikan kendaraan persis di depan sebuah salon. Di mana? Ah. Si Junior tiba-tiba juga ikut-ikutan ciut. Ini kesempatan kedua. Hitam. Ah masa bodo. Tidak terlalu ayu. Kadang-kadang ketimun. Kadang-kadang ketimun. Dingin. Alamak.., jauhnya. Aku tahu di mana ruangannya. Tapi mengelap dengan handuk hangat sisa-sisa cream pijit yang masih menempel di tubuhku. Kedua kali ia memasukkan jari tangannya. Dari perut turun ke paha. Wajahku merah padam. Satu dua, satu dua. Tapi sebelum berlalu masih sempat melihatku sekilas. Aku membayangkan dapat menjepitnya di sini. Sambil menjawab telepon di kursi ia menunggingkan pantatnya.“Ya sekarang Sayang..!” katanya. Si Junior tiba-tiba juga ikut-ikutan ciut. Tapi masih terhalang kain celana. Aku harus memulai. Penumpang lima lalu supir, jadi enam kali tujuh, 42 hore aku turun.
